Kegiatan PEKKA di Kecamatan Mare

26

MARE,- Kelompok Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) telah ada dan berjalan di delapan (8) kecamatan dari 23 kecamatan di Kabupaten Bone. Namun ada satu program Yayasan PEKKA yang tidak semua ada di 8 kecamatan tersebut dan program tersebut hanya dilaksanakan di Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun program PEKKA tersebut yakni Akademi Paradigta Kewirausahaan Indonesia (API). Sebagaimana dikemukakan Hasmawati, salah seorang instruktur/mentor PEKKA dan juga mentor Akademi Paradigta Kewirausahaan Indonesia di Kabupaten Bone.

“Dari 8 kecamatan (Kecamatan Mare, Tanete Riattang Timur, Awangpone, Barebbo, Cina, Sibulue, Palakka, dan Kecamatan Libureng), program API baru dilaksanakan di Kecamatan Mare,” jelas Hasmawati.

Ia juga menambahkan bahwa, PEKKA di Sulawesi Selatan baru ada di dua (2) kabupaten, yakni Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo.

“Khusus di Kabupaten Bone dari 8 kecamatan, kegiatan PEKKA tersebar di 32 desa, namun program API di Kecamatan Mare dilakukan di Desa Telluboccoe, Kadai, Usto dan Kelurahan Padaelo,” ujar Hasmawati.

Hasmawati menjelaskan bahwa Akademi Paradigta Kewirausahaan Indonesia merupakan salah satu program yang dikembangkan Lembaga Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) yang bekerja sama dengan Pemerintah Australia dan Kementerian Desa dan Pengembangan Daerah Tertinggal.

Lanjutnya, pada awal tahun 2015 PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) mengembangkan sebuah inisiatif baru yang diberi nama Akademi Paradigta, sebuah pendidikan dan pelatihan terstruktur bagi kader Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) dan kader perempuan akar rumput lainnya.

Akademi Paradigta diharapkan dapat berkontribusi memperkuat dan mendukung perempuan miskin, disabilitas dan kelompok marjinal pedesaan lainnya agar mampu melaksanakan fungsi pemimpin yang menjawab tantangan kehidupan mereka, bebas dari kemiskinan, penindasan dan ketidakadilan.

Akademi Paradigta dirancang sebagai suatu proses pendidikan untuk mendukung kader Pekka dan pemimpin perempuan lainnya di pedesaan dan pinggiran kota, yang lahir dari proses pemberdayaan PEKKA dan inisiatif lainnya untuk masuk dalam sistem yang lebih luas di tingkat desa hingga tingkat yang lebih tinggi.

“Saat ini, sebagian dari mereka ada yang telah berperan dalam sistem yang lebih luas, seperti menjadi kepala desa atau Badan Permusyawaratan Desa (BPD),” tutur Hasmawati.

Proses pendidikan yang terstruktur yang dikembangkan melalui Akademi Paradigta ini diharapkan dapat menjadi akselerasi penyiapan kader-kader pemimpin perempuan komunitas akar rumput yang memiliki visi trasformatif dalam kiprah mereka yang lebih luas di masyarakatnya.

“Jadi pemberdayaan perempuan kepala keluarga untuk menjamin dan meningkatkan penghidupan serta aktif dalam sosial-politik dan menjadikan perempuan itu mandiri demi peningkatan kesejahteraan keluarga,” pungkasnya.

Hal senada dikemukakan salah seorang instruktur/mentor PEKKA di Kabupaten Bone, Nurhaedah. Ia menuturkan bahwa pertemuan kelompok PEKKA pada kelompok belajar PEKKA dilaksanakan selama 4 bulan dengan 25 kali pertemuan.

“Di kelompok PEKKA diajarkan tentang kewirausahaan, kelompok wanita tani (KWT), mentor, jurnalis, hukum dan pada intinya mengarahkan wanita itu mandiri dalam peningkatan kesejahteraan keluarga,” ujar Nurhaedah.

“Kemudian pada tahun 2014 – 2019 kami memberikan pemahaman pendampingan hukum dan program API mulai dilaksanakan pada tahun 2020 di Kecamatan Mare,” jelasnya lagi.

Ia juga menjelaskan bahwa PEKKA mendeskripsikan Perempuan Kepala Keluarga sebagai perempuan yang melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, penjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarganya, termasuk Perempuan yang suaminya meninggal
Perempuan yang bercerai.

Kemudian Perempuan lajang yang menafkahi diri sendiri dan/atau keluarganya, Perempuan yang ditelantarkan oleh suami. Perempuan yang suaminya sakit menahun. Perempuan bersuami yang menjadi pencari nafkah. Perempuan bersuami namun suaminya merantau mencari nafkah di luar daerah.

“Mengapa PEKKA ini sangat penting sebab mayoritas dari perempuan yang menjadi kepala rumah tangga tersebut, hidup di bawah garis kemiskinan,” pungkasnya.